GEOSIAR.COM, JAKARTA – Pasar Modal Indonesia masih dilirik investor asing meskipun telah memasuki tahun politik. Tren investasi di pasar modal masih tumbuh.
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan, investor asing masih optimistis bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang relatif lebih aman untuk menanamkan modal di tengah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) kembali memberi sinyal hawkish.
Optimisme ini, karena fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih solid dibandingkan dengan negara lain,” ujarnya dilansir dari Harian Neraca, Jumat (10/3/2022).
Dia menyebutkan, terdapat banyak faktor yang menyebabkan optimisme investor asing terhadap Indonesia, yaitu secara kondisi makro, tingkat kemungkinan resesi Indonesia menurun dari 5% menjadi hanya 2%. Maka dari itu, berkat perekonomian domestik yang masih berdaya tahan dan didukung fundamental makroekonomi domestik yang relatif solid, modal asing akan terus mengalir.
Di Indonesia, pasar saham masih mencatat aliran modal masuk sekitar Rp2,28 triliun sejak awal tahun ini dan berhasil menopang indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sempat turun tajam mencapai batas bawah pada beberapa waktu lalu. Kondisi yang sama juga terjadi pada pasar obligasi yang dibanjiri modal masuk, sehingga mencerminkan pergerakan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang relatif stabil.
Selain semakin mengecilnya potensi resesi Indonesia, Nafan menyebutkan nilai tukar rupiah masih kuat meski berada di level Rp15.000. Kemudian, kata dia lagi, inflasi domestik juga masih stabil dan lebih rendah dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Kebijakan BI yang terus menjaga likuiditas turut memberikan optimisme. Faktor lainnya yang memberikan optimisme investor asing terhadap perekonomian Tanah Air, yaitu ketahanan eksternal Indonesia yang masih relatif kuat, seperti surplus transaksi berjalan dan surplus neraca perdagangan.
Pembukaan ekonomi Tiongkok juga akan membantu pemulihan permintaan, termasuk ke Indonesia, sehingga investor bisa semakin optimis. Disampaikan Nafan Aji, makroekonomi Indonesia dinilai masih akan terkendali mengingat faktor fundamental domestik.
Beberapa faktor tersebut adalah meredanya inflasi inti domestik dan pertumbuhan ekspor yang lebih besar daripada impor, yang masih akan menjaga risiko dari kenaikan agresif suku bunga acuan AS (Fed Rate).
Dengan iklim yang lebih kondusif itu, IHSG yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatan.
“Secara teknikal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang flat pada Februari diprediksi akan terkonsolidasi dengan kecenderungan melemah (bearish consolidation) dengan rentang pergerakan 6.747-6.850 sepanjang Maret. Dari sektor yang ada, ada 5 sektor yang yang kami rekomendasikan karena berpotensi menguat yaitu barang konsumsi cyclical dan noncyclical, industri, kesehatan, serta keuangan,”jelasnya.(red)