Gubernur Berlakukan Sekolah Jam 5, Gandi Parapat : Kenapa Mendikbud Tidak Melarang

by

GEOSIAR.COM, JAKARTA,- Korwil Pusat Monitoring Politik Hukum Indonesia (PMPHI) Sumut Drs Gandi Parapat menilai, adanya Gubernur di Indonesia membuat peraturan semua sekolah di daerahnya harus masuk jam 5 pagi. Hal itu, tegas Gandi, tentu menjadi pertanyaan dan kecurigaan.

“Pertama, Gubernur memprotes Pemerintah Pusat termasuk Menteri Pendidikan, Mendagri, DPR termasuk Presiden. Membuktikan daerahnya itu mandiri lepas dari kekuasaan Presiden,” tegas Gandi lagi, saat dihubungi melalui Ponselnya di Jakarta, Jumat (10/3/2023).

PMPHI menduga, Presiden, Mendagri, Mendikbud dan DPR seperti membiarkan program Gubernur itu tidak masalah. “Padahal menurut kami, pendidikan itu menentukan nasib kita atau nasib negara,” tambahnya.

Ironisnya, lanjut Gandi, kenapa Mendikbud selaku yang bertanggung jawab masalah pendidikan tidak melarang keinginan Gubernur tersebut.

“Kami menduga, apakah ada persekongkolan untuk merobah karakter atau kebiasaan hidup sehari hari dan budaya,” pungkas Gandi.

Untuk diketahui, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat meminta agar jam masuk sekolah tingkat SMA dan sederajat di Kupang dimajukan menjadi pukul 05.00 WITA.

Hal itu disampaikan Victor dalam agenda pertemuan bersama kepala sekolah pada Kamis (23/2) lalu. Instruksi Viktor itu terekam dalam sebuah video berdurasi 1 menit 43 detik yang beredar di media sosial.

Menurutnya, anak harus dibiasakan bangun pukul 04.00 WITA. Victor menghitung estimasi persiapan selama setengah jam, dan setengah jam berikutnya waktu berangkat sekolah.

Dengan demikian, peserta didik setingkat SMA diharapkan mampu tiba di sekolah pukul 05.00 WITA.

Politikus NasDem itu mengatakan salah satu pertimbangan menerapkan kebijakan itu yakni rata-rata anak SMA paling malam tidur pukul 22.00 WITA, sehingga menurutnya enam jam waktu tidur sudah cukup.
Ia menyebut budaya masuk sekolah lebih pagi bertujuan untuk mengasah kedisiplinan dan etos kerja para peserta didik.

Victor yakin kebijakan baru ini akan terasa berat bagi peserta didik maupun pengajar.
Namun, menurut Viktor, harus ada pengorbanan sebelum melakukan perubahan.(red/*)