Nelayan Tradisional Mengeluh, Pukat Trawl Banyak Beroperasi di Perairan Sergai

by

GEOSIAR.COM, SERGAI,- Banyaknya penggunaan pukat trawl membuat hasil tangkapan nelayan tradisional di Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) turun drastis. Padahal penggunaan pukat trawl telah dilarang oleh pemerintah karena membuat ekosistem biota laut rusak.

Kasat Polairud Polres Sergai, Iptu Syharijal tak menampik hal tersebut. Kata dia, penggunaan pukat trawl banyak dilakukan oleh nelayan di luar Kabupaten Sergai.

“Memang kita sudah berulang kali melakukan himbauan. Dan katanya itu nelayan yang datang dari Pagurawan di Kabupaten Batubara. Jadi kita sudah kita sudah menghimbau agar nelayan itu menganti alat tangkapannya,” kata Syahrijal, Rabu (7/9/2022).

Kata Syahrijal penggunaan pukat trawl sudah diatur oleh undang-undang Kelautan. Harusnya nelayan hanya dapat menggunakannya dengan jarak dan batas yang sudah ditentukan.

Namun faktanya masih banyak penggunaan pukat trawl di daerah pesisir. Selain melanggar hukum, hal itu juga membuat nelayan tradisional terdampak.

“Kalau menurut aturan terbaru itu tidak boleh harusnya yang menggunakan pukat trawl itu harusnya jalurnya lebih ke tengah. Tapi meraka juga menggunakannya itu ke pinggir juga,” sebut dia.

Untuk itu mengatasi persoalan itu, Polairud jelas Syahrijal, akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait supaya dapat menindak nelayan yang melanggar aturan.

“Setelah ini kita akan koordinasi dengan Syahbandar dengan Dinas Perikanan untuk melakukan sosialisasi dan penertiban penggunaan pukat trawl. Jadi kita minta kepada dinas terkait untuk bisa melarang penggunaannya dan jangan sampai menggunakannya di daerah Sergai,” tutup Syahrijal.

Penggunakan pukat trawl ini pun dikeluhkan banyak nelayan yang ada di Pangkalan Nelayan Pantai Kerembok, Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu, Sergai. Mereka menyebut, penggunaan pukat trawl banyak dilakukan para nelayan yang datang dari luar Kabupaten Sergai.

“Pukat trawl ini banyak sekali ditemukan di sini. Mereka pakai kapal yang lebih besar dan menebar jaring bersama sama kapal lainya. Itu banyaknya nelayan yang datang dari luar Sergai seperti dari Kabupaten Batubara,” sebut Damis, nelayan tradisional, Rabu (7/9/2022).

Hal itu berdampak pada hasil tangkapan nelayan tradisional yang mencari ikan menggunakan kapal kapal kecil.

Rahmat nelayan lainya mengatakan, mereka sudah pernah mengusir nelayan yang menggunakan pukat trawl. Namun bukannya pergi, para nelayan tersebut malah melakukan perlawanan dan tak jarang menabrak kapal nelayan tradisional yang berukuran kecil.

“Sudah sering kita protes, tapi nanti akhirnya ribut di tengah laut. Mereka ramai kapalnya besar besar, mau mereka itu nabrak kapal kami yang kecil ini kalau dilarang. Padahal mereka itu datang dari luar Sergai,” kata dia.

Rahmat pun lantas meminta tolong agar pemerintah daerah mendengar keluhannya nelayan seperti dia. Selama ini kata dia, tidak ada pendampingan Pemkab Sergai untuk mengurangi penggunaan pukat trawl.

“Maunya kami didampingi agar nelayan yang datang datang dari luar Sergai jangan pakai pukat ke sini dan akhirnya membuat hasil tangkapan kami jadi berkurang,” tuturnya. (LS)