GEOSIAR.COM – Nilai tukar rupiah bertengger di Rp14.975 per dolar AS pada Senin (11/7) sore. Mata uang Garuda menguat 4 poin atau 0,03 persen dari sebelumnya.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.969 per dolar AS di sore ini.
Mata uang di kawasan Asia terpantau bervariasi, namun mayoritas ada di zona merah. Yen Jepang terpantau melemah 0,57 persen, dolar Singapura melemah 0,19 persen dan won Korea Selatan melemah 0,29 persen, serta dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.
Lalu peso Filipina melemah 0,06 persen, yuan China melemah 0,19 persen dan baht Thailand melemah 0,58 persen. Sedangkan, ringgit Malaysia menguat 0,14 persen di penutupan perdagangan hari ini.
Baca Juga : Adies Kadir Nyatakan Pengganti Lili Pintauli dari Capim KPK Gagal
Mata uang negara maju juga bervariasi, namun mayoritas ada di zona merah. Terpantau euro Eropa melemah 0,59 persen dan poundsterling Inggris melemah 0,51 persen serta franc Swiss melemah 0,15 persen.
Kemudian, dolar Kanada melemah 0,32 persen dan dolar Australia melemah 0,69 persen. Sedangkan rubel Rusia menguat 2,47 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah ditopang oleh ekonomi Indonesia yang tetap kuat di tengah gonjang ganjing di dunia.
“Dalam kondisi carut marut seperti itu, salah satu negara berkembang yaitu Indonesia, ekonominya tetap kuat dalam menghadapi ancaman yang datang dari eksternal.
Indikasi ini bisa dilihat dari data ekonomi domestik yang menunjukkan perbaikan,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Menurutnya, kinerja positif perekonomian tercermin dari berbagai capaian. Seperti cadangan devisa yang naik US$800 juta menjadi US$136,4 miliar pada Juni 2022.
Baca Juga : Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Bungkam Jelang Sidang Kasus Pelanggaran Etik MotoGP Mandalika
Kemudian dari sisi rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), meski terjadi penurunan secara bulanan sebesar 0,7 poin, tetapi angka IKK menunjukkan bahwa konsumen tetap optimis.
Sementara itu, dari sisi global penguatan rupiah di dorong oleh kekhawatiran akan terjadi inflasi yang lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS.
“Tingkat pengangguran AS tetap di 3,6 persen yang meredakan beberapa kekhawatiran resesi, meningkatkan ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut. Saat ini investor menunggu Indeks Harga Konsumen (CPI) AS, yang akan dirilis Rabu ini, yang diperkirakan akan mendekati 9 persen, tertinggi baru empat dekade,”jelasnya
(geosiar.com)
Baca Juga : Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Bungkam Jelang Sidang Kasus Pelanggaran Etik MotoGP Mandalika