GEOSIAR.COM, JAKARTA – Hendrik Sitompul minta BRIN selesaikan permasalahan petani di Sumatera Utara. Komisi VII DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Mitra Kerjanya yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung DPR RI, Rabu (23/3/2022).
Dalam RDP Kepala BRIN Laksana Tri Handoko memberikan penjelasan terkait capaian BRIN di Tahun 2021, kemudian memaparkan program yang akan dilaksakan pada Tahun 2022, serta memaparkan perkembangan BRIN secara kelembagaan.
Dalam penjelasanya Tri Handoko menyampaikan bahwa mereka mempunyai program pendaaan riset, pengembangan SDM dan Iptek dan program Merdeka Inovasi Berbakti untuk Negeri. Program-program ini diharapkan bisa menjadi tumpuan pengembangan riset di Indonesia.
Para anggota Komisi VII pun memberikan sejumlah masukan untuk memaksimalkan kinerja BRIN salah satunya adalah Hendrik Halomoan Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat. Hendrik Sitompul meminta riset-riset yang dilakukan oleh BRIN harus bisa menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Salah satu permasalahan masyarakat yang harusnya bisa diselesaikan oleh BRIN adalah permasalahan petani di Sumatera Utara. Dimana mereka bertahun-tahun mengalami kerugian karena produk pertanian mereka gagal panen karena hama dan penyakit.
“Sejak dulu kita memiliki banyak lembaga riset di pemerintahan dan anggarannya tiap tahun naik bertahap. Tetapi, masalah pertanian di daerah kami tetap tidak terpecahkan, seperti hama penyakit tanaman padi, pisang, dan coklat yang menjadi sumber pendapatan penting masyarakat Sumatera Utara,” ujar Hendrik Sitompul.
Baca Juga : Kadin dan RRI Siap Bekerjasama dalam Bentuk Pemberitaan
Hendrik pun menjelaskan bahwa ada dua daerah di daerah pemilihannya di Sumatera Utara yang sangat terdampak yaitu Kabupaten Serdangbedagai dan Kabupaten Deliserdang, dan kedua daerah ini adalah lumbung pangan di Sumatera Utara.
Kata Hendrik Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal pertanaman padi seluas 28.600 Ha dan luas lahan pisang sebesar 1.600 Ha, serta di Kabupaten Deli Serdang memiliki luas lahan sawah sekitar 40.630 Ha, luas lahan pisang sebesar 3.200 Ha, dan luas lahan coklat sebesar 4.600 Ha.
“Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam atau pada kegiatan pertanian sebagai sumber pendapatan. Maka, hilirasi riset yang digaungkan BRIN jangan hanya lip service yang berhenti pada tahapan mendapatkan hak paten saja, tetapi tidak dapat diaplikasikan dan bermanfaat kepada masyarakat,” ujarnya.
Pada RDP kali ini Hendrik mengingatkan BRIN yang tahun ini memiliki anggaran yang besar yaitu Rp 6,09 T untuk mampu menjadi motor penggerak atau inovator pembangunan pertanian, terutama untuk memecahkan berbagai masalah di dunia pertanian.
“Yang lebih penting, hasil-hasil riset itu dapat direalisasikan dan diterapkan oleh petani, maka dukungan alih teknologi dan bentuk bantuan lainnya dari BRIN sangat penting untuk mewujudkan pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Diketahui petani di Sumatera Utara kerap kali merugi karena tanaman mereka gagal panen, yang diakibatkan adanya serangan hama dan penyakit. Mereka pun sudah bertahun-tahun merugi karena permasalahan ini. Namun mereka tak berdaya karena tak adanya bantuan dari para ahli yang bernaung di bidang riset, sehingga mereka hanya pasrah kepada nasib saja.
(geosiar.com/red)
Baca Juga : Hendrik H Sitompul : Penghayatan dan Implementasi 4 Pilar Solusi Masalah Kebangsaan