Geosiar.com, Jakarta – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mengupayakan nilam menjadi salah satu produk unggulan inovasi daerah. Tanaman Nilam yang diberi nilai tambah akan menghasilkan bahan pendukung parfum yang diyakini diminati oleh kalangan produsen parfum di Eropa, khususnya di negara Paris, Prancis.
Nilam harus diberi nilai tambah agar bisa menembus pasar ekspor. Sehingga, harga jualnya menjadi lebih tinggi dan bisa memberikan kesejahteraan bagi petani.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristekdikti, Djumain Appe, menyampaikan klaster inovasi Nilam Aceh diinsiasi oleh Kemristekdikti sejak tahun 2017, dibuat untuk mendorong peningkatan ekonomi suatu kawasan.
“Sumber pendapatan ekonomi daerah perlu mendapat perhatian, difasilitasi insentif sehingga bisa mengembangkan produk unggulan untuk industri,” kata Djumain sat mengikuti Rapat Koordinasi Pengembangan Klaster Inovasi Nilam Aceh, di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Djumain mengatakan, jika sebelumnya petani nilam miskin dan hasil produksi yang rendah, maka salah satu tujuan klaster inovasi adalah mengangkat agar masyarakat memiliki nilai lebih dari menanam nilam.
“Maka kedepannya, kita ingin nilam menjadi sumber pendapatan utama masyarakat Aceh Jaya,” ucapnya.
Dia menilai, untuk menjadikan nilai produk bernilai tambah perlu sinergi usaha pemerintah daerah, perguruan tinggi, swasta dan komunitas. Tanpa itu, sulit untuk mewujudkan hadirnya produk unggulan daerah.
Nilam di Aceh Jaya dikenal di dunia karena kualitasnya bagus. Bahkan, produsen parfum di Paris pun meminatinya. Hanya saja nilam tersebut tidak diekspor langsung oleh Indonesia. Nilam Aceh tersebut dibeli Singapura dan Malaysia untuk diolah menjadi bahan intermediate, lalu mereka jual kepada kalangan produsen parfum di Paris.
Djumain berharap, dengan sentuhan inovasi, nilam di Indonesia bisa dibuat produk turunannya seperti untuk kosmetik atau produk kesehatan lainnya sehingga harga jualnya pun tinggi. (yl)