Langkat-GeoSiar.com, Aksi preman dengan modus meminta uang SPSI dan jaga malam kembali meresahkan salah seorang warga yang merupakan pemilik bangunan Edison Tarigan (ET) dan pekerjanya di Lingkungan Sido Selamat, Simpang Buluh Duri, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat.
Kompolotan pereman yang diketuai oleh NG ini beberapa kali meminta uang dengan mengeluarkan ancaman kepada korbannya ET dan para pekerjanya.
ET yang merasakan khawatir dengan pemerasan NG dan komplotannya, segera membuat laporan ke petugas Polsek Kuala, pada Selasa (30/1/2018) lalu.
Aksi NG dan sejumlah rekannya itu berawal saat ET membangun rumah toko (Ruko) di Lingkungan Sido Selamat, Simpang Buluh Duri pada awal November 2017 lalu.
NG dan komplotannya, menurut ET, segera mendatangi tukang yang sedang bekerja dengan alasan meminta uang SPSI dan uang jaga malam pekerja bangunan.
“Kedatangan NG disampaikan tukang kepada saya. Selanjutnya, saya kasih sekitar Rp1 juta melalui pekerja. Namun, uang itu ditolak dengan alasan dia sudah banyak uang,” ungkap ET, pada Jumat (2/2) siang.
Mendengar laporan dari tukang bangunan bahwa NG menolak uangnya, maka ET memutuskan untuk menghentikan pengerjaan ruko dan meliburkan seluruh tukangnya sekitar enam minggu.
“Ini kami lakukan untuk antisipasi hal-hal tak diinginkan,” tuturnya.
Namun, pada tepat pada 5 Januari 2018, ET menghubungi para pekerja untuk kembali melanjutkan pengerjaan bangunan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, maka ET mengajak keluarganya dan pihak NG untuk bernegosiasi.
“Sembari dilakukan pengerjaan, saya suruh keluarga bernegosiasi dengan NG. Dari negosiasi yang dilakukan, ternyata NG meminta uang Rp30 juta,” ungkapnya.
Berdasarkan permintaan yang dinilai ET terlalu besar, maka ET merasa tertekan atas pemerasan yang dilakukan NG.
Sempat tak menggubris, maka ET dan tukangnya tetap melanjutkan pengerjaan bangunan.
Namun, NG dan komlpotanya yang tak terima segera mendatangi para pekerja bangunan dan melakukan pengerusakan terhadap ruko. Tak hanya itu, NG dan komplotannya juga menzarah bahan material bangunan.
“Material yang hilang lumayan banyak, mulai dari semen, besi, mesin pompa air dua unit dan sejumlah material lainnya dengan kerugian sekitar Rp5 juta,” ujar ET.
Merasa terancam, ET kemudian segera membuat laporan atas ancaman yang diterima dari komplotan pereman ke Polsek Kuala.
“Tapi laporan itu sampai sekarang belum ada realisasinya. Memang dalam laporan pelaku masih dalam penyelidikan,” tuturnya.
Namun, ternyata aksi NG dan para komlpotannya tak berhenti.
Mereka tetap berbuat hal yang semena-mena sat mendatangi lokasi bangunan pada Selasa (29/1/2018).
Berbeda dengan kedatangan sebelumnya, NG yang tiba di lokasi bangunan bersama dengan komplotannya tak hanya datang dngan tangan kosong dan ancaman belaka, melainkan sambil membawa senjata tajam.
Disertai dengan amukan, NG dan komplotannya menghujamkan pisau kebeberapa pekerja bangunan yang sedang bekerja.
Menurut salah satu pekerja bangunan, Kunkun, NG dan dua anggotanya melakukan penyerangan sekitar pukul 20.30 WIB.
“Mereka datang menggunakan mobil Inova. NG yang turun dari mobil marah-marah dan langsung menikam saya dengan belati. Untung aku bisa mengelak. Dua temanku pun mau ditikamnya, tapi masih bisa mengelak,” kata Kunkun.
Setelah kejadian tersebut, petugas Polsek Kuala turun ke lokasi untuk mengamankan situasi.
“Penyerangan itu disaksikan polisi. Kami berusaha menghindar dan mengambil peralatan untuk bertahan. Namun, alat-alat yang kami pegang disita petugas,” terang Kunkun.
Kapolsek Kuala AKP Antoni Sinamo mengaku sudah melimpahkan laporan tersebut ke Polres Langkat.
“Intinya menurut Kanit Reskrim, bukan penikaman tapi ancaman dengan pisau dan kasus ini sudah dillimpahkan ke Polres,” tutur Antoni.
Sementara Kasubag Humas Polres Langkat AKP Arnol Hasibuan berjanji akan segera menindak lanjuti aksi brutal preman yang meresahkan salah satu korban pemerasan.
“Nanti saya cek dulu ya, apakah laporannya ada, apa tidak, nanti saya kabari lagi,” tuturnya mengakhiri. (smtpos/r1)