Medan-Geosiar.com, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, Puan Maharani, menyerahkan 172 Kartu Indonesia Pinta (KIP) ATM kepada siswa panti asuhan/anak yatim Kecamatan Medan Sunggal, di Sekretariat Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM), Jalan Bakul, Medan Sunggal, Medan, Sabtu (27/1/2018).
Menko Puan mengatakan, pemberian KIP terus digencarkan pemerintah anak-anak Indonesia dari keluarga yang tidak mampu mendapat kesempatan untuk sekolah.
“Mulai tahun lalu pemerintah juga memberikan KIP untuk anak-anak pesantren, anak yatim piatu agar mereka mendapatkan hak nya memproleh pendidikan,” ujarnya.
KIP yang diberikan Menko Puan berupa uang tunai yakni untuk SD sebesar Rp 450 ribu pertahun, SMP sebesar Rp 750 ribu pertahun dan SMA sebesar Rp 1 juta pertahun. Di mana uang untuk membeli keperluan sekolah seperti sepatu, tas dan peralatan sekolah.
“Uangnya jangan dipergunakan membeli HP, pulsa, jajan dan jalan-jalan. Tapi untuk keperluan menambah kebutuhan sekolah,” tegasnya.
Cucu Bung Karno ini juga membagikan hadiah kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan sekitar nama-nama bunga, nama-nama presiden dan pelajaran.
Dalam acara tersebut, hadir Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy, Pembina YP SIM yang juga Anggota DPR RI Sofyan Tan, Wakil Gubsu Nurazizah Marpaung, Walikota Medan Dzulmin Eldin serta Cagubsu/cawagubsu Djarot-Sihar.
Sebelumnya, Menko Puan juga menghadiri acara Temu Ramah Guru di Sekolah Cinta Budaya di Medan, Jumat (26/1/2018). Puan Maharani memberi apresiasi kepada para guru yang berasal dari 600 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Medan, Serdang Bedagai dan Deli Serdang.
“Saya kemarin berfikir banyak tidak ya yang datang. Ternyata yang datang banyak. Ini pertama kali silaturahmi kita ya. Tentu saja saya berharap bahwa ini bukan pertemuan kita terakhir dan bisa bersilaturahmi lagi,” Ujarnya.
Puan mengungkapkan bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan karakter.
“Jadi, bagaimana anak-anak nanti itu seperti apa, tentu saja terlepas dari dididik oleh keluarganya baik ibu bapaknya di rumah. Sebagian besar waktu mereka itu harus dan dalam pendidikan yang diberikan oleh bapak ibu sekalian guru-guru ini. Kalau kemudian bapak ibu tidak bisa menjadi tauladan bagi anak-anak kita, tentu saja karakter dan akhlak dari anak -anak kita itupun tidak mungkin seperti yang kita harapkan,” paparnya. (Mbd/R2)