Jakarta-GeoSiar.com, Staf ahli Hubungan Internasional Kemnaker Abdul Wahab Bangkona, mewakili Kementerian Ketenagakerjaan menghadiri acara International Conference on Blue Economy for Suistanable Development di Jakarta, Jumat (26/1/2018).
Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama Ditjen Binalattas Kemnaker dengan Universitas Trilogi Jakarta.
Turut hadir Mantan Menaker Bomer Pasaribu, Hayono Suyono, Sekretaris Ditjen Binalattas Kunjung Masehat, Direktur Bina Produktivitas Ditjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemnaker Muhammad Zuhri, narasumber tunggal Prof. Dr. Gunter Pauli, seorang enterpreuner, author dan initiator of Blue Economy dan 100 peserta dari para pembuat kebijakan, akademisi dan asosiasi profesi.
Dalam kata sambutannya, Abdul mengungkapkan harapan Kemnaker mengenai gagasan Ekonomi Biru (Blue Economy) yang diterjemahkan sebagai pembangunan pembangunan ramah lingkungan berkelanjutan dapat memberikan hasil optimal dan sumber daya yang memberikan nilai tambah.
“Konsep Blue Economy harus diarahkan untuk membantu peningkatan produktivitas pekerja dan penciptaan lapangan kerja. Langkah-langkah aksi untuk sosialisasi dan penerapannya harus didukung semua pihak,“ ujar Abdul.
Pada prinsipnya, menurut Abdul Blue Economy merupakan pengembangan dari prinsip Green Economy yang konteksnya fokus pada produktivitas tinggi, massif, dan optimalisasi sumberdaya yang berkelanjutan.
“Dengan ikon optimalisasi dalam Blue Economy ini, maka seluruh sumberdaya (resource) harus memberikan nilai tambah, memberikan hasil lebih baik. Dalam konteks ketenagakerjaan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja,” terangnya.
Abdul juga mengatakan komitmennya untuk mendukung konsep blue ekonomi yang memerlukan regulasi sistematis dengan aturan standar dan penerapan yang mudah.
Tak hanya itu, menurut Abdul, keterlibatan seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mendukung program ini.
“Potensi itu mesti dirawat dengan bekerjasama dengan bidang masing-masing Kementerian/Lembaga, Kampus dan para ahli serta memberi nilai tambah untuk mendapatkan hasil yang optimal. Ini tidak mudah, kalau tidak dilakukan hari ini, “ tutur Abdul.
Abdul berharap konsepsi dan implementasi gagasan ekonomi biru bisa memberikan manfaat bagi semua pemangku kepentingan yakni institusi pemerintah, dunia usaha, dunia industri, dunia pendidikan dan pelatihan maupun organisasi masyarakat lainnya, yang memiliki tanggungjawab sama untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang kompeten dan produktif.
“Menjadi yang terbaik adalah penting, tetapi menjadi lebih baik dari sebelumnya itu jauh lebih penting. Terus menerus memperbaiki, berinovasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, itulah hakikat produktivitas,“ kata Abdul.
Sementara itu, Prof. Dr. Gunter Pauli, seorang enterpreuner, author dan initiator Blue Economy menjelaskan inti pemikiran dan gerakan ekonomi bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber daya lokal melalui beragam inovasi agar semaksimal mungkin memberikan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi, kualitas hidup manusia, penciptaan lapangan kerja dan terutama penghematan sumber daya agar dapat lebih lama diperoleh manfaatnya.
“Apa pun komoditasnya pasti bisa digali teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan kemanfaatannya, intinya adalah inovasi tiada henti. Gerakan ekonomi yang dirintis lebih dari sekedar ramah lingkungan. Saya berusaha menaikkan standar dari kata sustainabilitas lebih tinggi dari sebelumnya,“ kata Gunter Pauli.
Semua sumber daya alam, menurut Gunter, takkan terbuang dengan sia-sia karena sisa produksinya masih bisa di kelolah kembali melalui daur ulang.
“Berbicara tenaga kerja dalam sektor alam, semua orang yang fokus pada sektor alam, mereka tidak ada yang menganggur. Pasti mereka bekerja, entah itu kecil ataupun besar pekerjaannya. Namun yang pasti, mereka tidak ada yang menganggur,” kata Gunter.
Rektor Universitas Trilogi Dr. Aam Bastaman mengungkapkan kebanggaannya menyambut konferensi Internasional yang digelar Universitas Trilogi ini. Menurutnya, melalui program ini tata nilai kehidupan dapat diimplemantasikan.
“Semangat menerapkan ekonomi biru ini menjadi bagian dari pembangunan nasional Indonesia. Konteks ini bisa dilihat dari misi Universitas Trilogi yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan keteknopreneuran, kemampuan bekerjasama dan kemandirian dalam lingkungan Ekonomi Biru,“ tutur Aam. (kps/r1)