Jakarta-Geosiar.com, Tokoh pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Soeharto, Daoed Joesoef, berpulang pada Selasa (23/1/2018), di RS Medistra, Jakarta Selatan. Daoed Yusuf meninggal pada usia 91 tahun, meninggalkan seorang istri, Sri Sulastri; seorang anak, Sri Sulaksmi Damayanti, menantu, dan dua orang cucu.
Almarhum yang terkenal karena menambah 6 bulan kegiatan belajar, sehingga menjadi 1,5 tahun, dan awal semester ganjil dimulai bulan Juli. Daud juga terkenal dengan keputusannya yang melarang sekolah libur pada bulan suci Ramadan. Selain itu, Daoed dikenal dengan kebijakannya yang membersihkan kampus dari kegiatan berpolitik.
Kebijakan Daoed itu diperkenalkan dengan nama Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) atau Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan kampus dari kegiatan berpolitik.
Dilansir dari Wikipedia, Daoed memandang kegiatan politik hanya boleh dilakukan di luar kampus. Untuk itu tugas utama mashasiswa adalah belajar. Kebijakan Daoed itu membuatnya menghapus Dewan Mahasiswa (Dema) di universitas di seluruh Indonesia. Penutupan Dema membuat kegiatan politik mahasiswa menjadi tak berjalan.
Daoed juga merupakan tokoh yang ikut mendirikan CSIS (Centre for Strategic and International Studies), sebuah ruang pemikir yang banyak dimanfaatkan sumbangannya oleh pemerintahan Orde Baru.
Karirnya antara lain:
– Bergabung dengan TNI sebagai Letnan Muda Divisi IV Sumatera Timur (1946)
– Letnan Muda di Komando Militer Kota Besar Jakarta Raya (1950-1952)
– Staf akademis Fakultas Ekonomi UI (1954-1963)
– Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978-1983)
– Anggota DPA (1983-1988)
– Ketua Dewan Direktur Centre for Strategic and International Studies/CSIS (1972-1998)
Penghargaan yang diterima almarhum dari pemerintah, diantaranya, Bintang Satya Lencana Gwidya Sistha dari TNI-AL (1981) dan Bintang Mahaputra Adi Pradana (1982). (Kps/R2)