Bandung-GeoSiar.com, Beredarnya video tindak asusila antara seorang wanita dewasa dengan dua bocah SD di Bandung sontak menjadi perbincangan publik.
Berdasarkan penyelidikan polisi, terdapat beberapa fakta mengenai kasus tersebut, salah satunya keterlibatan ibu kandung.
Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Pol Umar Surya Fana mengungkapkan bahwa ibu kandung salah satu anak tersebut turut mengarahkan pembuatan film porno yang sekarang viral.
“Dari bahasa ngomongnya antara anak dengan salah satu perempuan yang di menit ke sekian, itu ibu kandungnya sendiri. Di satu TKP (tempat kejadian perkara), ibu kandungnya ada di dalam kamar menyaksikan, bahkan mengarahkan anaknya sendiri. Satu TKP lagi, diduga ibunya ada di luar kamar,” kata Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Pol Umar Surya Fana kepada wartawan, Sabtu (06/01/2018.
Meskipun sang anak diketahui sempat menolak, namun berkat iming-iming yang diberikan P dan I akhirnya korban mau melakukan adegan dewasa tersebut.
P dan I mengiming-imingi korban dengan konsol permainan Playstation (PS).
“Malu-malu, cepat buka bajunya, nanti diberi PS. Lakukan seperti yang kemarin, nanti tidak akan diajak lagi, nanti dilaporkan ke ibu kamu, biar dimarahin terus kami disuruh ngamen,” kata I seperti dalam video tersebut, sekitar menit ke-27.
D hanya bisa pasrah, ketika itu, mskipun D berteriak, “Pamali.. pamali… (dosa.. dosa),”.
Pada adegan berikutnya, sang pemeran wanita kemudian membisiki sang bocah untuk menjadi artis.
“Ngapain malu, D (inisial anak tersebut) mau jadi artis enggak? Ini kan lagi syuting,” ujar wanita itu.
Menurut Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus, perbuatan tersebut diduga dilakukan selama beberapa hari.
“Dugaan kita kalau pembuatannya sampai tiga hari itu karena ada tulisan hari pertama, kedua, dan ketiga,” ucapnya.
Tiga video pornografi anak berdasarkan penelitian petugas kepolisian dilakukan di dua hotel yang diduga sebagai lokasi pembuatan video tersebut.
Dari ketiga video yang telah viral, terdapat tiga anak jalanan yang diduga menjadi korban dengan rentan usia antara 7 hingga 13 tahun.
“Dari cara ngomongnya, gaya bahasa Sunda, bahasa Sundanya anak-anak Bandung. Kita pastikan anak-anak berumur, kurang lebih 7 tahun, 10 tahun, dan 13 tahun. Dan tiga-tiganya tidak bersaudara,” ungkap Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Pol Umar Surya Fana.
Ketiga video tersebut terdiri dari satu video yang berdurasi sekitar satu jam 11 menit dan dua video pendek yang masing-masing berdurasi dua dan 2,5 menit, kata polisi.
Umar mengatakan bahwa video itu kemungkinan diproduksi untuk kemudian dijual ke komunitas paedofil oleh seorang pembuat vido yang profesional.
“Indikasinya seperti itu. Cuma kita masih dalami, apakah dijualnya untuk komunitas dalam negeri atau luar negeri,” ucap Umar.
Dengan motif seperti itu, Polda Jabar mengakui terungkapnya video ini kemungkinan menunjukkan ada pergeseran konsumen terkait kejahatan seksual anak.
Menurut Umar, biasanya korbannya adalah anak perempuan dengan pelaku pedofil laki-laki dewasa atau anak laki-laki dengan pedofil laki-laki dewasa, namun dengan pergeseran konsumen, maka korbannya adalah anak laki-laki dengan pelaku wanita dewasa.
“Ini mungkin ada pergeseran demand (permintaan) karena seperti kita tahu, tidak ada penyediaan jasa atau barang, tanpa ada pesanan atau demand-nya. Ini tampaknya, demand-nya agak bergeser sekarang, pelaku pedofilinya perempuan dewasa, korbannya anak laki-laki,” ungkap Umar.
Menurut Umar, petugas kepolisian sedang mengintrogasi beberapa hotel yang diduga sebagai tempat melakukan praktek asusila.
“Jadi, tim Cyber sedang bergerak, lokasinya sudah dapat di hotel di Bandung,” kata Umar.
Umar tak menyebutkan dengan jelas keberadaan lokasi hotel itu, namun telah memeriksa petugas hotel.
“Dari hasil pemeriksan sementara dengan petugas resepsionis, betul ada (proses perekaman adegan vulgar),” ujarnya.
Hingga Sabtu (6/1/2017), tim penyidik Polda Jabar telah menyita sejumlah barang bukti di dua hotel di Bandung yang disebut identik dengan barang yang ada di video, seperti lukisan, bantal, sprei, meja, dan kursi.
“Ada identifikasi yang sudah kita dapat, misalnya tato di tangan, di paha, kemudian karateristik wajah. Kita sudah sebar, mudah-mudahan dalam, satu dua hari ini, kita sudah dapat,” pungkas Umar.(trb/r1)