Jakarta-Geosiar.com, Sehari setelah penampakan ‘supermoon’ di langit Indonesia, masyarakat dapat menyaksikan fenomena bulan cembung besar pada jarak relatif dekat dengan Bumi pada Senin (4/12/2017) malam.
Menurut Avivah Yamani dari media astronomi Langit Selatan, bulan cembung besar memang tak lagi masuk dalam kategori bulan purnama. Namun pemandangan ini akan tetap menarik untuk disaksikan arena malam ini bulan memantulkan cahaya matahari sebanyak 98% hingga 99%.
“Jarak Bumi dan bulan mencapai titik terdekat hari ini (4 Desember 2017) pada pukul 15.42 WIB. Jadi malam ini bulan masih cukup dekat dengan bumi, meskipun sudah melewati fase purnama,” jelas Avivah.
Avivah mengakui fenomena yang lebih memukau bagi peminat fotografi antariksa maupun masyarakat awam memang jatuh pada 3 Desember lalu. Saat itu bulan masuk fase purnama dan pada saat bersamaan bulan hendak mencapai titik terdekat dengan bumi.
“Itulah yang disebut supermoon,” kata Avivah.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mencatat bahwa penampakan bulan pada 3 Desember lalu merupakan awal dari ‘trilogi supermoon’ dalam dua bulan mendatang. Supermoon kedua dan ketiga akan dapat disaksikan pada 1 Januari serta 31 Januari 2018 mendatang.
Sementara Robert Massey, dari Komunitas Astronomi Inggris menyebut bahwa penampakan supermoon membuat bulan terlihat membesar secara kasat mata tapi sebenarnya tidak. Hal itu disebabkan ilusi optik karena bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi atau disebut perigee.
NASA mencatat dalam fenomena trilogi supermoon kali ini terhitung jarak terdekat bumi dan bulan mencapai 357.492 km. Supermoon yang terjadi tadi malam (3/12) terlihat jelas di wilayah indonesia seperti Jakarta dan Bali, (BBC/R2)