Medan-Geosiar.com, Telah sebulan lebih operasi jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi diresmikan Presiden Joko Widodo. Namun minat pengendara terutama pengendara truk untuk menggunakan jalan tol tersebut masih minim. Tarif mahal dan belum terkoneksi tol tersebut dengan jaringan tol lainnya menjadi dua alasan utama.
Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) II Paul Ames Halomoan mengatakan tol Medan-Tebing Tinggi memiliki total panjang 61 km, sementara yang telah beroperasi masih sepanjang 42 KM. Jalan tol yang akan menghubungkan Bandara Internasional Kualanamu dengan Kota Medan ini dikenakan tarif Rp 981 per km.
“Kalau mobil kecil banyak memakai tol karena tidak terasa Rp 41 ribu. Tapi untuk truk mereka mikir daripada membayar Rp 100 ribu lebih baik menggunakan jalan lain, uangnya bisa pakai untuk makan,” ujarnya di Kualanamu, (21/11/2017).
Proses pembangunan kedua tol di Sumatra Utara sejauh ini terus dikebut. Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi menyisakan dua seksi lagi, sementara tol Medan-Binjai baru dua seksi yang telah beroperasi yakni Helvetia-Seismayang dan Seisemayang-Binjai.
“Kenapa belum optimal karena belum berfungsi sebagai kesatuan sistem yang terintegrasi. Saya punya tol Medan-Binjai itu harusnya 16 km. Yang lain masih pembebasan lahan, 2018 kita selesaikan,” tambahnya.
Menurut pengakuan Paul, beberapa sopir truk memang mengusulkan keringanan tarif. Namun kebijakan penurunan tarif jalan tol berada pada PT Jasamarga Kualanamu Tol sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Sementara Direktur Utama PT Jasamarga Kuanamu Tol, Agus Suharjanto, tidak menampik jika penggunaan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi masih didominasi kendaraan golongan I.
“Memang masih dominan golongan I, yang kendaraan besar sedikit lebih mahal. Tapi kalau dilihat dari operasional kendaraan itu sebenarnya tidak mahal,” ucapnya. (Tpo/R2)