Amerika Serikat-GeoSiar.com, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis menyatakan bahwa militer AS akan selalu siap berperang melawan ISIS selama mereka belum menyerah.
Hal tersebut ingin menunjukkan bahwa AS sangat berperan dalam merebut semua wilayah kekuasaan kelompok militan tersebut dan menghalau kelompok pemberontak ini dari belahan dunia manapun.
ISIS dipastikan akan kehilangan semua wilayah yang dikuasainya dari pertempuran yang dilakukan pasukan Amerika Serikat.
Dalam merebut wilayah yang dikuasai kelompok pemberontak ini, pasukan AS bekerjasama dengan pasukan Rusia. Mereka menyatukan kekuatan untuk terus bertempur merebut wilayah-wilayah kantong ISIS yang masih tersisa.
Mattis menerangkan bahwa sasaran jangka panjang militer AS adalah mencegah munculnya kelompok militan baru lainnya yang juga bergerak dalam bidang pemberontakan.
“Musuh belum mengaku kalah, jadi kita akan terus bertempur selama mereka masih menginginkannya,” ucap Mattis seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Rabu (15/11/2017).
Mattis juga menekankan pentingnya upaya perdamaian jangka panjang dan mengisyaratkan bahwa AS ingin membantu menentukan syarat-syarat penyelesaian diplomatik di Suriah, yang telah memasuki tahun ketujuh perang persaudaraan.
“Kita tidak akan menarik diri begitu saja sebelum proses Jenewa mulai dijalankan,” tambahnya.
Sebelumnya Donald Trump dan Vladimir Putin sudah pernah bertemu untuk melakukan pertemuan bilateral resmi pertama. Pertemuan mereka berlangsung lebih dari dua jam di KTT G-20 di Jerman 2017.
Setelah pertemuan itu, Trump dan Putin juga dikabarkan telah berunding kembali untuk membahas kesepakatan perihal ISIS di sela-sela KTT APEC di Vietnam pada 11 November 2017 yang lalu.
Dalam pertemuan singkat yang berlangsung kurang dari lima menit tersebut, Gedung Putih mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut membahas sebuah pernyataan bersama mengenai Suriah.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut berlangsung 11 November, setelah gagal melakukan pertemuan resmi sehari sebelumnya karena alasan ketidakcocokkan jadwal.
Menurut pernyataan dari Rusia, kedua pemimpin tersebut sepakat bahwa tak ada solusi militer untuk konflik di Suriah, dan solusi politik juga harus melalui proses di Jenewa. Negeri Beruang Merah juga setuju untuk tetap membuka jalur komunikasi antara militer AS dan Rusia.
Kremlin juga mengatakan bahwa Trump dan Putin sepakat untuk mengalahkan ISIS di Suriah.
Walaupun demikian, Gedung Putih belum merilis penjelasan mengenai pertemuan tersebut secara rinci.
Selain melakukan pertemuan nonformal one on one tersebut, Trump dan Putin terlihat berjabat tangan dan melakukan percakapan setidaknya dalam tiga kesempatan terpisah pada acara puncak KTT APEC yang berlangsung dua hari.
Sebelum memulai kunjungan maratonnya ke Asia, Trump sempat mengatakan kepada para awak media bahwa ia berharap dapat bertemu Putin.
“Saya mengira akan bertemu dengan Putin,” ujar Trump di Pesawat Kepresidenan Air Force One.
Rusia menjadi sekutu utama Pemerintah Suriah dalam perang sipil di negara pimpinan Bashar al Assad yang telah berlangsung selama enam tahun. Sementara itu, AS mendukung pemberontak Suriah dan Kurdi.
Gedung Putih secara vokal menyuarakan kritik terhadap Rusia karena telah mendukung rezim Bashar al Assad. Mereka secara langsung meminta Kremlin menghentikan dukungannya terhadap pemimpin Suriah tersebut.(lpt6/r1)