Manila-GeoSiar.com, Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia menghadiri Pleno KTT ASEAN ke-31 di Manila, Filipina pada Senin (13/1/2017).
Di awal sambutannya, Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa ASEAN telah berdiri selama 50 dan telah mampu menciptakan ekosistem stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan di Asia Tenggara.
“Namun kita tidak boleh puas dengan capaian ini. Tantangan kita ke depan tetap sangat berat,” ujar Presiden Jokowi seperti yang dikutip dari rilis resmi Istana Negara, Senin (13/11/2017).
“Kita harus mampu menjadikan ASEAN sebuah Asosiasi yang tidak saja dihormati masyarakatnya namun juga dihormati dunia,” tambahnya.
Didalam pidatonya, ternyata Jokowi juga menyinggung krisis kemanusiaan di Rohingya sebagai salah satu hal yang perlu disoroti di hadapan para pemimpin ASEAN dan beberapa negara mitra.
“Kita semua sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan di Rakhine State dan juga paham akan kompleksitas masalah di Rakhine State, namun kita juga tidak dapat berdiam diri,” tambahnya.
“Krisis kemanusiaan itu tidak saja menjadi perhatian negara-negara anggota ASEAN, namun juga dunia,” ujarnya.
Menurut Jokowi, solidaritas dan kepercayaan harus ditumbuhkan di tiap-tiap negara yang tergabung dalam lingkup ASEAN, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi krisis kemanusiaan.
Apabila negara-negara di ASEAN tidak mengambil bagian dalam menyelesaikan krisis Rohingya maka kedepannya akan mengganggu stabilitas keamanan dan memicu munculnya radikalisme serta perdagangan manusia.
“Kita harus bergerak bersama. Myanmar dan ASEAN tidak boleh tinggal diam,” tutur Presiden ke-7 RI tersebut mengajak semua perwakilan dari tiap-tiap negara ASEAN yang hadir.
Indonesia sendiri telah turut membantu mengatasi krisis kemanusiaan Rohingya dengan berkontribusi memberikan bantuan kemanusiaan, menyampaikan usulan formula 4+1 untuk Rakhine, serta mendukung implementasi rekomendasi Kofi Annan.
Indonesia juga mencatat pidato “Report to the People” dari State Counsellor Myanmar Aung San Suu Kyi. Presiden mengharapkan agar tiga butir dalam pidato tersebut yakni repatriation and humanitarian assistance, resettlement and rehabilitation, dan development and durable peace dapat diimplementasikan secara nyata sebagai tindak lanjut penanganan krisis.
“Indonesia mengharapkan pembicaraan antara Bangladesh dan Myanmar mengenai repatriasi agar segera diselesaikan dan diimplementasikan,” ungkap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Presiden Jokowi juga berharap agar The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre) dapat diberikan akses secara penuh untuk dapat membantu.
Di akhir pidatonya, Presiden menegaskan bahwa ASEAN harus berkontribusi aktif dan terlibat dalam penyelesaian krisis kemanusiaan di Rakhine.
“Dan akan baik jika ASEAN menjadi bagian penyelesaian masalah. Kita harus buktikan kepada masyarakat kita dan dunia bahwa kita mampu menangani masalah kita. Mari bersama kita jadikan ASEAN sebuah asosiasi yang kokoh dan bermanfaat bagi rakyatnya dan bermanfaat bagi dunia,” pungkasnya. (lpt6/r1)