Kahiyang Ayu-Bobby Nasution Tak Terima Kado di Hari Pernikahan

by

Solo-GeoSiar.com, Pernikahan Kahiyang Ayu-Bobby Nasution sudah dekat dan undangan sudah disebar sebanyak 8000 undangan. Pihak yang diundang berasal dari semua kalangan mulai dari kalangan pejabat negara sampai dengan pesohor negeri ini bahkan orang kecil menengah kebawah juga turut andil dalam pernikahan Kahiyang dan Bobby.

Melihat statusnya sebagai anak orang nomor satu di Indonesia, undangan pernikahan Kahiyang-Bobby bisa dibilang jauh dari kata mewah. Undangan berukuran 18 x 26 sentimeter dengan ukiran gunungan berwarna emas di mana tersemat nama Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution, hanya satu lembar. Kemudian diberi sampul warna beludru merah marun.

Pihak kedua mempelai juga sepakat tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun. Baik itu kado barang yang biasa diberikan kepada mempelai, maupun amplop. Keterangan itu tertulis di secarik kertas warna merah marun yang diselipkan di undangan. Di bagian kanan terdapat kartu penukaran souvenir pesta.

“Mohon untuk membawa kartu ini sebagai akses masuk gedung,” kalimat ini tertulis di bagian atas.

“Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, mohon maaf, kami tidak menerima sumbangan dengan bentuk apa pun,” kalimat ini tertulis di bagian bawah amplop.

Menanggapi hal tersebut, menurut Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, hal yang dilakukan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution sudah benar dan perlu di contoh oleh semua pejabat.

Keterangan itu, menurutnya bukan untuk menyombongkan diri karena dia anak dari seorang Presiden Republik Indonesia.

“Keluarga Pak Presiden ini sudah memberikan contoh yang benar. Ditakutkan kado itu sesuatu yang ditafsirkan grativikasi. Kita harus paham soal itu,” kata Hamdi saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin, 6 November 2017.

Hamdi melanjutkan, Kahiyang Ayu ini berbeda dari anak-anak pejabat di zaman orde baru. Setiap ada anak pejabat atau anak presiden menikah, kadonya ada yang berupa kunci mobil.

“Zaman dulu enak banget, ibarat kasarnya. Bisa balik modal, lah. Tapi pak Presiden yang sekarang mengisyarakatkan kalau kita sudah berpisah dari zaman itu, agar tidak ditafsirkan macam-macam,” pungkas Hamdi. (lpt6/r1)