Supir Taxi Online Lecehkan Penumpangnya, Seorang Anak Autis

by

Medan-GeoSiar.com, M Zainuddin Siregar (25), supir taxi online berhasil ditangkap polisi setelah diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang remaja berkebutuhan khusus (autis).

“Ampun, Pak. Saya minta tolong jangan dilaporkan. Ampun, Pak,” ujarnya sembari memeluk kaki seorang pria yang menginterogasinya.

Perekam video yang juga pengemudi taksi online, David Bangar Siagian, mengatakan kejadian tersebut berawal ketika korban yang berusia 16 tahun itu memesan taksi untuk pulang ke rumah dari sekolahnya.

“Ia, sudah sempat membawa korban ke hotel namun korban berontak di pelataran parkir,” ujarnya kepada tribun-medan.com, Kamis, (2/11/2017).

David mengaku ia mendapat permintaan dari Kepala Sekolah Homeschooling Kak Seto agar mencari keberadaan pelaku setelah kejadian tersebut.

“Kebetulan anak saya bersekolah di sana, dan ibu kepala sekolah tahu saya berprofesi yang sama,” jelasnya David.

Lantas tak menunggu lama, David bersama rekan-rekannya sesama pengemudi online, menjebak pelaku dengan meminta jemput di restoran dekat sekolah tersebut.

“Kami chat dia dan setelah dia tiba, langsung kami ringkus. Dia tidak bisa berkutik ketika diperlihatkan history order-nya pada hari Selasa,” ujarnya.
Menurut David, pelaku sempat membawa korban kesebuah hotel untuk menjalankan niat jahatnya, tetapi aksinya batal karena korban berontak dan meronta di parkiran hotel. Akirnya pelaku membebaskan korban dan mengantar korban ke rumahnya dengan ancaman tidak melaporkan kepada orangtua korabn emngenai kejadian tersebut.

“Di dalam mobil pelaku sudah melakukan tindakan pelecehan kepada anak itu, dan juga hampir membawanya ke hotel,” ujarnya.

Namun menurut David, korban memberontak sehingga membuat pelaku Zainuddin mengurungkan niatnya.

Tidak berhenti sampai di situ, menurut David pelaku tetap melakukan chat kepada korban melalui aplikasi WhatsApp dengan intens.

Akhirnya, setelah proses penjebakan yang berakhir penangkapan tersangka menurut David pihak sekolah melakukan tindakan antisipasi perlindungan kepada korban.

“Korban tidak dipertemukan kepada pelaku karena ia masuh trauma. Sehingga korban dipisahkan saat proses penjebakan dan penangkapan,” ujarnya.

Namun akibat perbuatan pelaku tersebut, menurut David, pihak sekolah mengabarkan kondisi korban saat ini dalam keadaan drop karena masih mengalami trauma.

“Pihak sekolah mengungkapkan kondisi anak sebelum kejadian menuju kesembuhan kira-kira 70 persen, namun karena kejadian ini pihak sekolah merasa khawatir dengan keadaan si anak,” pungkasnya.(trb/r1)