Filippina Buka Hubungan Kembali dengan Cina Pasca Sengketa Maritim

by
BEIJING, CHINA - MAY 15: Chinese President Xi Jinping (R) shakes hands with Philippines President Rodrigo Duterte (L)

Medan-Geosiar.com, Hubungan Filippina-Cina sempat memanas pasca sengketa maritim di perairan laut cina selatan. Akan tetapi, kedua negara tampaknya mulai membuka hubungan kembali yang ditandai dengan meningkatnya bantuan Cina kepada Filipina. Termasuk Proposal untuk mencari minyak bersama-sama di lepas pantai dan pemberian senjata untuk membantu Filipina memerangi Pemberontakan separatis di Filipia selatan.

Sebelumnya Amerika Serikat merupakan mitra strategis pemerintah filipina. Presiden Filippina sangat antusias menyambut persahabatan dengan Cina, dan mencoba meredakan ketergantungan pada Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Kompas, 3 perusahaan Cina yang diantaranya perusahaan pengebor minyak lepas-pantai (CNOOC) sedang menunggu persetujuan dengan presiden Filipina untuk memencari cadangan minyak di bawah perairan seluas 7.120 km2 di lepas pantai barat Filipina. Selain itu Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan di situs internetnya bahwa China telah menyumbang 3.000 senapan serbu, dan 3 juta peluru, untuk membantu militer melawan separatis Maute, pemberontak simpatisan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Marawi, Mindanao.

Dengan adanya transaksi dan bantuan senjata mengisyaratkan kedua negara hendak menyudahi perselisihan selama ini. Diketahui kedua negara itu baru berdamai pada 2016 setelah berselisih atau terlibat konflik karena batas wilayah maritim dalam empat tahun sebelumnya.

“Saya bisa mengatakan, rakyat Filipina sangat nasionalis dalam posisi mereka, khususnya terkait Laut China Selatan, tapi persahabatan itu menurut saya diterima dengan baik di sini.” Kata Ramon Casiple, Direktur Eksekutif Institute for Political and Electoral Reform, sebuah organisasi advokasi di Filipina.

Seperti yang diketahui, wilayah laut cina selatan merupakan daerah yang sangat strategis dalam lalu lintas laut. Sehingga mengakibatkan negara-negara di sekitarnya saling mengklaim atas laut tersebut. Pada umumnya mereka jengkel atas tindakan Cina yang membangun pulau-pulau untuk tujuan militer, serta lalu-lintas kapal-kapal Cina di perairan tersebut.

Klaim China tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) empat negara Asia Tenggara termasuk Filipina. Akan tetapi tampaknya saat ini Filipina mulai lebih condong ke Cina dibandingkan dengan aliansi negara-negara Asean di perairan tersebut.